Freeport Indonesia dan Stania Perkuat Hilirisasi Perak Timbal Nasional
- Jumat, 11 Juli 2025

JAKARTA - Langkah konkret dalam memperkuat hilirisasi industri mineral di Indonesia terus dilakukan oleh PT Freeport Indonesia (PTFI). Kali ini, perusahaan tambang besar itu menjalin kemitraan strategis dengan PT Solder Tin Andalan Indonesia (Stania). Keduanya menandatangani dokumen Heads of Agreement (HoA) kerja sama jual beli logam hasil produksi fasilitas pemurnian PTFI.
Penandatanganan tersebut menjadi tonggak penting bagi upaya membangun ekosistem industri berbasis pemanfaatan bahan baku lokal. Presiden Direktur PTFI, Tony Wenas, dan Direktur Stania, Stania Sudarno, hadir langsung dalam seremoni tersebut.
Turut menyaksikan penandatanganan ini Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi, Todotua Pasaribu, serta Direktur Utama PT Arsari Tambang, Aryo Djojohadikusumo. Lokasi penandatanganan berlangsung di Batam dan menjadi simbol penting sinergi antarsektor untuk mendorong nilai tambah mineral Indonesia.
Baca JugaFreeport Indonesia dan Stania Perkuat Hilirisasi Perak Timbal Nasional
Perak dan Timbal untuk Kebutuhan Solder Tin
Tony Wenas menyampaikan bahwa PTFI akan memasok logam mulia berupa perak dan timbal yang berasal dari fasilitas Precious Metal Refinery (PMR) kepada Stania. Keduanya sepakat bahwa logam-logam ini sangat dibutuhkan dalam proses produksi solder tin.
“PTFI memproduksi perak serta by product lainnya seperti timbal. Itu yang kemudian kami suplai ke Stania untuk campuran solder tin,” ujar Tony.
Adapun jumlah logam yang disepakati dalam kerja sama awal ini mencapai 10 ton perak dan 250 ton timbal setiap tahunnya. Jumlah tersebut diharapkan dapat meningkat seiring dengan pengembangan kapasitas produksi kedua belah pihak.
PMR PTFI Mulai Produksi Perak Batangan
PMR milik PTFI yang berlokasi di Gresik merupakan salah satu fasilitas pemurnian logam mulia terbesar di Indonesia. Fasilitas ini memiliki kapasitas pengolahan yang signifikan, yakni 50 ton emas, 200 ton perak, serta logam golongan platinum seperti 30 kg platinum dan 375 kg paladium setiap tahun.
“Pada Juli ini, PMR PTFI mulai memproduksi perak batangan. Hingga akhir 2025, diproyeksikan produksi perak akan mencapai 100 ton. Sementara timbal bisa mencapai 2.000 ton per tahun,” ungkap Tony.
Fasilitas ini menjadi pusat penting dalam mendukung target hilirisasi pemerintah dan membuka peluang kemitraan dengan berbagai sektor industri lokal.
Dorong Permintaan Domestik dan Hilirisasi Nasional
Dalam pandangan Tony, kerja sama ini menunjukkan bahwa permintaan terhadap logam hasil pemurnian dari dalam negeri sudah mulai terbentuk. Ia menegaskan bahwa hilirisasi tidak bisa berdiri sendiri tanpa dukungan nyata dari industri dalam negeri.
“Kami berharap industri nasional menyerap hasil pemurnian logam PTFI, dan kini terbukti sudah ada permintaan. Selain Stania, kami juga membuka peluang kerja sama dengan pihak lain yang membutuhkan logam hasil pemurnian untuk mendukung ekosistem hilirisasi dan kendaraan listrik (EV),” tambahnya.
Tony menekankan pentingnya menciptakan sinergi antara industri hulu dan hilir agar pemanfaatan sumber daya alam benar-benar memberikan nilai tambah maksimal di dalam negeri.
Kemandirian Bahan Baku, Kurangi Impor
Dari sisi Stania, kemitraan ini merupakan langkah besar dalam memperkuat fondasi usaha dan memperluas kapasitas produksi berbasis bahan baku lokal. Direktur Stania, Stania Sudarno, menegaskan bahwa logam seperti perak dan timbal merupakan komponen penting dalam industri solder tin.
“Perak dan timbal sangat dibutuhkan untuk campuran produksi solder tin. Kebutuhan awal kami mencapai 10 ton perak dan 250 ton timbal per tahun,” ujarnya.
Lebih dari itu, kerja sama ini memberikan kepastian pasokan bahan baku yang sebelumnya masih sangat bergantung pada impor. Dengan adanya suplai dari PTFI, rantai pasok Stania menjadi lebih efisien dan berdaya saing.
“Sinergi ini sekaligus memperkuat fondasi bisnis Stania, sebab kami tidak lagi bergantung pada bahan baku dari luar negeri,” tegas Sudarno.
Menuju Perjanjian Definitif
Meski baru pada tahap awal kesepakatan, baik PTFI maupun Stania telah menyepakati arah kerja sama jangka panjang. Dalam perjanjian ini, kedua perusahaan akan melanjutkan ke tahap negosiasi lebih lanjut guna menyusun perjanjian definitif.
Hal ini juga akan mencakup kajian teknis dan evaluasi kelayakan menyeluruh terhadap aspek operasional dan komersial dari kolaborasi tersebut.
Lewat kemitraan strategis ini, keduanya menargetkan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan industri logam nasional dan peningkatan daya saing di pasar global.
Hilirisasi Jadi Kunci Menuju Indonesia Emas
Kemitraan antara Freeport dan Stania mencerminkan langkah konkret menuju penguatan hilirisasi mineral yang berkelanjutan. Melalui kolaborasi ini, logam hasil tambang tidak lagi diekspor mentah, melainkan diolah hingga menjadi bahan baku bernilai tinggi di dalam negeri.
Tony dan Stania sepakat bahwa hilirisasi adalah kunci untuk mendorong nilai tambah, membuka lapangan kerja baru, dan mendukung target besar menuju Indonesia Emas.
Dengan adanya kemitraan seperti ini, potensi Indonesia dalam industri logam dan mineral mulai mengarah pada tingkat yang lebih tinggi: bukan hanya sebagai negara penghasil bahan mentah, melainkan sebagai pelaku aktif dalam industri berbasis teknologi dan energi masa depan.

Sindi
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.